SPONSOR

Wednesday, May 10, 2017

INSTRUCTION MANUAL LMVDP

Penjelasan umum

Panel LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel) merupakan lemari besi hubung bagi yang berfubgsi mensupply tegangan listrik untuk jaringan di sisi bawahnya (Down stream), untuk beban pemakaian yang di amankan langsung arus listriknya oleh breaker-breaker outgoingnya, LVMDP mempunyai 2 incoming /masukan di sisi atasnya (Up stream) yaitu incoming Trafo/PLN sebagi prioritas sumber (main source) dan incoming genset sebagai sumber darurat/emergency (back up source), yang masing-masing berfungsi sebagai pengaman dan mengatur pembagian tegangan dari sumbernya.

Panel LVMDP dilengkapi oleh dua buah pengaman (CB) pada masing-masing sumbernya, panel LVMDP dioperasikan dengan 2 cara yaitu manual dan auto, juga sudah dilengkapi oleh system ATS (Automatic Trasnfer Switch), Electrical Interlock dan Lightning Arrester, system ATS adalah penggantian sumber tegangan (PLN/Genset) secara automatis dan Electrical Interlock adalah penguncian masing-masing CB agar tidak boleh On bersama karena berbeda sumber tegangan dan menjamin kelangsungan (countinuitas) pelayanan jaringan listrik ke pemakaian jika sumber utama (PLN) padam karena langsung di back up oleh Genset.

Kedua CB akan bekerja apabila sumber utama (PLN) mengalami gangguan/ padam maka CB PLN akan Off dan segera memberikan signal tersebut kepada control genset untuk start, apabila genset sudah running dan tegangannya sudah disisi bawh CB Genset maka CB tersebut akan On dan memback up tegangan PLN, tegangan PLN ada kembali dan sudah berada sisi bawah CB PLN, sebelum CB tyersebut on maka system akan terlebih dahulu memerintahkan CB Genset untuk Off setelah tegangan genset hilang pada jaringan maka CB PLN akan On

Langkah- langkah sebelum pengoperasian panel LVMDP

1.       Periksa semua kencang baut pada main bar dan pada pemasangan cable lug pada semua breaker (CB) baik dari sisi incomingnya

2.       Bersihkan semua kotoran yang ada di dalam panel dengan kuas

3.       Pastikan incoming CAPACITOR BANK pada posisi Close

4.       Jika salah satu sumber inging difungsikan periksa tegangannya pada volt meter melalui selector switch di masing-masing pintu sesuai dengan sumber yang akan di operasikan, putaran sudutnya harus searah dengan jarum jam, periksa tegangan yang masuk Line to Line (380V) dan Line to Netral (220V)

5.       Posisikan volt selector switch

a.       R-N harus mendekati angka 220V

b.      S-N harus mendekati angka 220V

c.       T-N harus mendekati angka 220V

                                - R-S harus mendekati angka 380V

                                - R-T harus mendekati angka 380V

                                - S-T harus mendekati angka 380V

Apabila semua prosedur awal sudah dilaksanakan dengan baik, maka panel dioperasikan, baik manual operation atau automatic operation. Tegangan yang sudah berada disisi bawah masing-masing CB PLN/Genset akan ditandai dengan lampu indicator RST (H1,H2,H3) diatas metering dan lampu OFF (Hijau/H11) akan menyalah

                A. Manual Operation

1.       Menghidupkan MCCB PLN secara manual.

-          Pastikan tegangan PLN sudah berada disisi bawah CB PLN dan lampu indicator RST PLN dan lampu OFF CB (Hijau/H11) menyalah

-          Letakan M-O-A selector switch pada posisi manual

-          Tekan push button ON (Hijau/S12) maka CB akan close dan lampu (Merah/H12) akan menyalah dan beban siapdipakai dari sumber PLN

2.       Mematikan MCCB PLN secara manual.

-          Pastikan tegangan sudah berada disisi bawah CB PLN

-          Pastikan M-O-A selector switch tetap pada posisi manual

-          Tekan push button OFF (Merah/S11) maka CB akan close dan lampu (Hijau/H11) akan menyalah.

3.       Menghidupkan MCCB Genset secara manual.

-          Pastikan tegangan sudah berada disisi bawah CB Genset dan lampu indicator RST Genset dan lampu OFF CB (Hijau/H11) menyalah

-          Pastikan M-O-A selector switch pada posisi manual

-          Tekan push button ON (Hijau/S12) maka CB akan close dan lampu (Merah/H12) akan menyalah dan beban siap dipakai dari sumber genset

4.       Mematikan MCCB Genset secara manual.

-          Pastikan tegangan sudah berada disisi bawah CB genset

-          Pastikan M-O-A selector switch tetap pada posisi manual

-          Tekan push button OFF (Merah/S11) maka CB akan open dan lampu (Hijau/H11) akan menyalah

                B. Automatic Operation

                Menghidupkan dan mematikan MCCB PLN Genset secara automatic.

-          Pastikan tegangan PLN sudah berada disisi bawah CB PLN dan lampu indicator RST PLN dan lampu OFF CB (Hjau/H11) menyalah

-          Letakan M-O-A selector switch pada posisi auto

-          Jika tegangan sudah masuk ada, maka dalam waktu 5 detik CB PLN akan close dan lampu (Merah/H12) akan menyalah dan beban siap dipakai dari sumber PLN

-          Pada saat beban sedang di tanggung dari PLN maka CB genset tidak akan close (Interlock) dan tidak akan sampai masuk ke jaringan distribusi karena beban saat itu sedang di tanggung oleh PLN, walaupun tegangan dari genset sudah ada disisi bawah CB genset, ini memungkinan genset untuk melakukan set up atau warming up (pemanasan engine) rutin oleh maintenance gedung.

-          Pada saat tertentu dimana terjadi pemadaman PLN secara tiba-tiba, maka system akan member signal (QF1) kepada system genset untuk start dan running.

-          Jika tegangan Genset sudah berada di ambang batas tegangan nominalnya (220/38oV, 50Hz) Maka dalam waktu 5 detik CB Genset akan close dan memberikan tegangan dari genset ke jaringan.

-          Pada saat beberapa lama setelah terjadinya pemadaman PLN tiba-tiba tegangan kembali dan sudah ada disisi bawah CB PLN sebelum CB PLN Close maka dalam waktu 5 detik system terlebih dahulu memerintahkan CB Genset akan Open, setelah tegangan pada jaringan hilang, maka dalam waktu 5 detik setelah CB Genset Close maka CB PLN akan close dan kembali memberikan pelayanan tegangan listrik pada jaringan.

                C. Mengaktifkan CB outgoing

-          Pastikan jaringan distribusi yang akan diberi tegangan sudah siap dan aman.Posisikan handle (tuas saklar) pada circuit breaker keatas maka tegangan siap dibebankan.

-          Jika pada jaringan distribusinya mengalami short circuit atau beban yang ada melebihi ambang batas breaking capacity breaker dan arus nominalnya maka CB akan trip dan handle jatuh berada posisi di tengah.

-          Jika masalah sudah diselesaikan dan jaringan siap kembali diberi beban, tekan handle CB ke bawah (off) setelah naikan kembali keatas, dan tegangan akan masuk ke jaringan distribusi.

-          Apabila CB outgoing sedang tidak difunsikan atau tidak ada jaringannya, tekan handle ke bawah.

                D. Overload

                Jika terjadi beban lebih pada jaringan beban dan sebagai tindak pengamanan terhadap Trafo/Genset maka CB akan otomatis membuka sirkuit (open circuit) OFF dengan sendirinya dan memutus tegangan yang melaluinya dengan ditandai lampu indicator (kuning/H101) menyalah. Tunggu beberapa saat sampai tegangan dan arus listrik disisi bawahnya pulih (Normal Condition) dan lampu (kuning/H101) padam maka system akan kembali normal serta siap difungsikan kembali (Manual atau Automatic)

                E. Emergency Condition

                Jika terjadi masalah yang harus melakukan pemadaman listrik total atau yang sifatnya darurat misalnya : kebakaran, hubungan singkat (short circuit) disisi atas (up stream), masuknya binatang ke dalam panel melalui cable entry, dan lain-lain. Agar tidak terjadi keadaan yang lebih serius.

-          Tekan push button emergency (Merah/S102) maka semua yang saat itu sedang ON (close circuit) baik CB PLN atau CB Genset akan segera OFF (open circuit)

-          Selama push button emergency berfungsi semua tegangan yang masuk ke sirkuit akan diputus, jika masalah sudah teratasi dan siap untuk pemakaian beban kembali maka putar push button emergency tersebuy ke kanan dan panel siap dioperasikan normal,

                F. Trouble Shooting

                                1. CB tidak mau bekerja /ON

-          Periksa kembali tegangan sumbernya harus sesuai dengan nominal yang diharuskan (Phase to Netral = 220V dan Phase to Phase = 380V) karena UVT atau Under Voltage Trip tidak akan bekerja jika tegangannya kurang dari nominal tegangannya (220V).

-          Untuk CB PLN menggunakan Phase Failure relay (R01,R02,R03) yang akan memproteksi pada jaringan jika terjadi kehilangan satu phase pada sumber PLN, periksa relay tersebut satu persatu, ganti jika kumparan electro magneticnya sudah lemah atau putus

-          Periksa wiring control dan semua terminal block, check kembali koneksinya jangan sampai lepas.

-          Periksa keadaan push button emergency harus dalam posisi normal tidak dalam posisi push lock (posisi setelah ditekan)

-          Jika tegangan sudah ada di sisi bawah CB UVT breaker sudah mendapat tegangan, tetapi CB tetap tidak mau bekerja ON dan masalah tetap tidak bisa ditemukan, sedangkan pelayanan energi listrik tetap harus diprioritaskan.

-          Pastikan M-O-A selector switch pada posisi manual (Penting)

-          Tarik tuas (Handle) pad CB yang bermasalah, tarik dan tekan tuas kebawah beberapa kali (7kali) sampai berbunyi klak untuk memfungsikan pegas motorized CB, perhatikan display “charged” berarti CB siap di ON kan

-          Tekan push button ON pada CB maka CB akan ON (close circuit)

-          Tekan push button OFF pada CB maka CB akan OFF (open circuit)

-          Pada saat keadaan demikian diharapkan hanya salah satu breaker (CB) yang boleh dihidupkan, tidak boleh dua-duanya ON bersama, untuk menghindari short circuit di jaringan atau main bar karena berlainan sumber, ini penting untuk di perhatikan

                                2. ATS tidak brfungsi

-          Pastikan setting waktu pada timer relay (Td1) sudah cukup 5 detik, Td2 cukup 7 detik atau sedikit lebih banyak dari Td1, jangan setting waktu pada timer relay kurang dari 3 detik untuk menghindari apabila terjadi flicker pada tegangan PLN (padam sesaat)

                               

3.CB Genset tidak dapat OFF pada saat tegangan PLN dating

-          Setting waktu pada Td1 terlalu lama > 20 detik setting kembali > 5 atau < 10 detik, agar pada saat tegangan PLN datang jaringan langsung terpaki.

-          Tegangan PLN belum sempurna frequency kurang dari 50Hz, tegangan/Volt kurang atau lebih dari 20% terlalu rendah (under voltage) atau tinggi (over voltage) tidak sesuai dengan tegangan nominalnya 220/380V

Thursday, March 16, 2017

INSTRUMENT ALAT UKUR PADA PANEL LISTRIK

Berikut coba kami bahas mengenai beberapa instrumen alat ukur yang biasanya terpasang di panel-panel distribusi listrik. 
Biasanya semua peralatan panel meter bisa beroperasi dengan baik pada suhu ruangan antara 0 - 50 derajat celcius. Dan bila disimpan suhu ruangan kisarn antara -15 -70 derajat celcius. Lebih atau kurang dari yang sudah ditentukan diatas dipastikan alat akan rusak,atau meski berfungsi tingkat akurasinya sudah berkurang. 
Standar calibrated adalah instrumen untuk mounting pada panel vertikal. maka alat ini harus dipasang vertikal untuk mendapatkan hasil pembacaan meter yang akurat. 

1. DC Ampere Meter 
 
Berguna untuk mengukur Arus DC. Cara pemasangan, harus menggunakan Trafo Arus atau CT yang sesuai. Misal Ampere Meter seperti gambar disamping adalah rating antara 0 - 100 A, maka CT yang terpasang harusnya 100/60 mA. Tingkat akurasi :1,5 . System pengukuran Moving Coil. Sehingga Memungkinkan untuk penggantian scala pengukuran. Sebagai contoh Alat yang seperti gambar diatas rating 0 -100 A, Bisa diganti dengan 50, 200, 500 dan seterusnya. tetapi tentunya CT pun juga harus diganti sesuai dengan rating yang diganti. Untuk penggantian menjadi 50 A maka CT harus 50/60mA. dan seterusnya. Berat alat 200 gram. 

2. DC Volt Meter 
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur tegangan DC. Rating disesuaikan dengan skala yang tercantum pada alat tersebut. Bila alat tersebut mempunyai rating 0-200 V, maka tegangan yang akan diukur jangan sampai melebihi dari 200 V, karena kalau sampai lebih alat bisa dipastikan menimbulkan asap alias terbakar, ( KOBONG CO.......Y ), Maka diperlukan ketelitian sebelum digunakan. tingkat akurasi dari alat inimencapai angka1,5. Berat alat 200 gram. 
3. Ampere Meter. 
 
Amperemeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur arus yang mengalir pada suatu penghantar listrik. Untuk arus kecil dibawah 40 Abisa menggunakan Type Direct., alat dengan TypeDirect ini digunakan secara “Direct” atau dipasang langsung., adapun caranya langsung dipasang seri dengan beban yang akan diukur Namun bila beban yang diukur lebih besar dari 50 A, alat ini harus menggunakan Trafo Arus (CT). adapun arus pengeluaran dari trafo arus yang di-ijinkan antara1 – 5 A. misalnya : untuk beban antara 0-50 A menggunakan CT 50/5 atau 50/1 dengan menggunakan type ampere meter dengan range scale 0 – 50 A. bila arus yang akan diukur kisaran antara 0-100 A maka CT yang digunakan adalah CT 100/5 atau 100/1, dengn menggunkan type ampere meter dengan range scale antara 0 – 100 A. begitu seterusnya. Adapun cara wiring adalah dipasang seri, yaitu pada ampere meter terminal no 1 mendapat terminal K / P1pada CT, dan terminal no 2 pada amperemeter mendapat terminal L / P2 pada CT. 
Tinkat akurasidari alat ini mencapai 1 – 1,5. Internal konsumsi arus 0,5 VA. Frekwensi 50 – 60 Hz. Berat dari alat ini 210 gr untuk ukuran 96 x 96 mm, dan 150 gr untuk ukuran 72 x 72 mm. 

4. Max. Demand Ammeter 
 
Max. Demand Ammeter fungsinya sama dengan Amperemeter, hanya saja bedanya pada panel depan ada dua buah jarum penunjuk arus, yang warna hitam menunjukkan arus yang sedang mengalir, dan jarum yang merah menunjukkan arus tertinggi yang mengalir pada penghantar yang diukur. Pembacaan arus tertinggi ini akan kembali membaca arus tertinggi kembali setelah 15 menit. 
Cara kerja jarum merah adalah, menggunakan bimetal yang akan merespon setelah 15 menit. Misalnya pada alat tersebut ada arus yang terbaca maka jarum hitam akan bergerak naik dan mendorong jarum merah sampai pada skala tertentu ( tergantung beben yang mengalir)secara bersamaan, bila beban kemudian turun maka jarum merah akan tetap berhenti pada skala pertama (selama 15 menit), dan jarum hitam akan tetap turun mengikuti arus yang ada pada saat itu. Setelah 15 menit maka jarum merah akan kembali turun hingga menyentuh jarum hitam,dan kembali akan berhenti lagi. Bila beban naik lagi maka jarum merah kembali akan terdorong jarum hitam sampai arus tertinggi, bila belum ada 15 menit arus naik lagi maka jarum merah akan terdorong kembali dan berhenti pada arus maksimal saat itu, dan bimetal kembali akan menghitu 15 menit lagi untuk perubahan beban selanjutnya,begitu seterusnya. 
Tingkat akurasi 3 %, frekwensi 50 – 60 Hz, arus yang di ijinkan secara direct 6A. pemasangan sama seperti pemasangan Amperemeter. Hanya saja CT yang digunakan outputnya yang 5A. misal 50/5A, 100/5A dan seterusnya. Dimensi 96 x 96 mm, berat 210 gr. 

5. Max. Demmand Ammeter + Ammeter 
 
Sama fungsinya seperti Max. Demmand Ammeter dan Ammeter, hanya saja dikemas menjadi satu panel meter. Pemasangannya pun juga sama. Dimensi 96 x 96 mm, dengan berat 300 gr. 

6. Voltmeter dan Double Voltmeter 
 
 
Adalah alat untuk mengukur beda potensial atau tegangan.double Voltmeter digunakan untuk mengukur dua sumber tegangan yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Pemasangan parallel dengan tegangan yang akan diukur. Untuk pengukuran tegangan antara 0 – 250 V dan 0 –500 V dapat dipasang secara langsung, namun bila teganggan lebih dari 500V harus menggunakan PT (Potansial Transformer). 
Tingkat akurasi alat ini 1.5. frekwensi 50 – 60 Hz. 

7. Zerro Voltmeter 
 
Alat yang befungsi untuk mengetahui beda potensial antara dua sumber tegangan. 
Biasanya alat ini dipasang pada panel syncron, fungsinya untuk mensyncronkan dua sumber teganganyang akan di parallel. Besar tegangan antara 0 – 800V, untuk parallel 380 – 400 V 

8. Freqwency Meter 
 
 
 
Alat yang digunakan untuk mengukur freqwensi pada suatu sumber tegangan. 
Tegangan yang di ijinkan 0 – 220 V. 

9. Watt Meter 
 
Alat yang di gunakan untuk mengetahui daya yang dikonsumsi beban listrik. 
Tegangan yang di ijinkan 380 V. Sytem wiring 3 phase 4 wire. Frekwensi 50 Hz. Cara pemasangan sama seperti pemasangan kwh meter 3 phase. 

10. Varmeter 
 
Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase. Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak balance jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP (terjadi beban capacitif). 

11. Cos Q Meter 
 
Alat yang digunakan untuk mengetahui cos q. 
Pemsangan sama seperti pemasangan kwh 3 phase. 

12. Syncroscop 
 
Alat yang digunakan untuk mengetahui urutan phase pada sumber tegangan. Bila sumber tegangan sudah benar( R S T ) tidak terbalik maka petaran lampu led akan bergerak ke kanan. Bila salah satu phase terbalik maka putaran lampu led akan kekiri. 
Tegangan yang dipakai 380 V. 

13. 1p Kwh Meter 
 
Alat yang digunakan untuk mencatat pemkaian beban listrik pada suatu waktu. 
Max arus yang di ijinkan 20 A. teggangan 220 V.



sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/08/berikut-coba-kami-bahas-mengenai.html

AUDIT ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

DEFINISI AUDIT ENERGI 
Energi merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembangunan. Dengan akselerasi pembangunan yang meningkat dewasa ini, pertambahan penduduk dan peningkatan taraf hidup menyebabkan laju konsumsi energi semakin meningkat pula. Tanpa dilakukannya usaha menghemat energi, akan mengakibatkan habisnya cadangan energi dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) tidak dapat direalisasikan. Penggunaan energi di Indonesia dapat dikelompokkan dalam sektor-sektor industri rumahtangga bangunan komersial dan transportasi. Penggunaan energi pada sektor industri dan bangunan komersial cukup tinggi dibandingkan yang lain sehingga perlu menjadi fokus kegiatan konservasi energi. Makin berkembangnya perekonomian dicatat dengan makin banyaknya pendirian bangunan komersial karena itu Khusus untuk bangunan komersial perlu dilakukan langkah-langkah konservasi energi sebelum dan sesudah pembangunan gedung komersial tersebut. Pada bangunan gedung pengguna energi dapat dikelompokkan pada empat pengguna energi terbesar yaitu : Sistem AC, Sistem pencahayaan, sistem transportasi gedung, peralatan kantor dan lainnya. Dari hasil survei sejumlah pihak didapatkan persentasi penggunaan energi peralatan gedung komersial rata-rata adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini ; Gambar persentase penggunana energi di gedung Sumber : Ditjen LPE, Departemen Energi dan sumberdaya Mineral Ada perbedaan hasil yang significant dalam melaksanakan konservasi energi di bangunan sebelum dan sesudah pembangunan gedung tersebut. Pembangunan suatu gedung komersial yang direncanakan secara matang untuk memenuhi kaidah-kaidah konservasi energi akan memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi pemilik dan pemakai gedung tersebut. Dengan perencanaan awal yang matang dan menyeluruh serta memenuhi kaĆ­da-kaidah hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan pemakaian gedung seperti kenyamana termal dan visual maka pemakaian energi gedung akan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perencanaan hemat energi. Dengan rendahnya pemakaian energi gedung akan memberikan manfaat untuk pemilik gedung dengan kemampuan yang tinggi untuk menggunakan bangunan secara terus menerus karena biaya operasionalnya yang rendah. Biaya opersional yang rendah untuk gedung komersial selanjutnya akan membuat harga sewa gedung menjadi lebih rendah sehingga mendorong para penyewa tetap bertahan di bangunan tersebut. Konservasi energi adalah salah satu bentuk pengelolaan energi yang benar dan efisien. Alat utama kegiatan konservasi energi adalah audit energi. Seperti juga halnya audit keuangan, audit energi merupakan suatu penelusuran atas sumber daya energi dari mulai masuknya sampai ke pengguna akhir untuk mencari kebocoran kebocoran serta membuat rekomendasi yang akan memperbaiki sistem pemanfaatan energi dari suatu fasilitas (gedung atau pabrik). Sebagai contoh untuk melaksanakan kegiatan konservasi energi pada bangunan gedung baik sebelum ataupun sesudah bengunan itu berdiri harus melihat hal-hal sebagai berikut : · 
Sistem Selubung Bangunan · Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung · Sistem Tata Cahaya Pada Bangunan Gedung · Sistem transportasi gedung dan motor-motor · Sistem kelistrikan gedung · Sistem otomasi terigtegrasi gedung Hal lain yang menjadi faktor keberhasilan kegiatan konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam menghemat energi 


1. Selubung bangunan 
Selubung bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh bangunan dalan menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi komponen selubung bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta selubung atap. Luasan dan jenis selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi perolehan kalor/panas, akibat konduksi dari luar dan radiasi matahari. Untuk mengurangi perolehan panas yang berarti pula menurunkan beban pendinginan sistem AC, maka pemilihan dinding luar dan atap serta kaca dan kombinasi luasan dinding dengan kacanya akan menjadi penentu efektifitas selubung bangunan dalam menghambat aliran panas dari luar. Sistem AC yang menjadi pengguna energi terbesar di gedung sekitar 60 persen menyebabkan perhatian terhadap selubung bangunan ini harus lebih mendalam. Disain selubung gedung yang terlalu banyak melibatkan jendela kaca menyebabkan beban pendinginan AC yang besar sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC yang besar. Diperlukan suatu kombinasi antara dinding keras dan kaca dari selubung bangunan gedung yang optimal serta penggunaan peneduh dan vegetasi yang baik diluar gedung. Sebagai tolok ukur tingkat efektiftas selubung bangunan ini dalam mengatasi beban AC telah ditetapkan untuk kondisi Indonesia ukuran RTTV (Roof Thermal Transfer Value)untuk selubung atap dan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk selubung dinding. 
2. Sistem Tata udara 
Pada bangunan gedung sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling besar penggunaan energinya yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini menjadikan sistem AC sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di gedung. Sistem AC pada gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu sistem refrigerasi yang merupakan penggerak utama pengkondisian udara. Sistem refrigerasi ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini masih banyak menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta menimbulkan pemanasan global. Sistem kedua adalah sistem tataudara yang mengalirkan udara pada duct setelah didinginkan oleh sistem refrigerasi. Pada sistem tataudara ini terdiri atas duct aliran udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser pendistribusi udara dingin. Parameter tingkat hemat sistem AC gedung adalah ditandai dengan efisiensi sistem refirgerasinya dan pencapaian kenyamanan ruangan sesuai standar kenyamanan orang Indonesia. Tingkat efisiensi sistem AC ditandai dengan kemampuan pengambilan panas gedung dibandingkan dengan energi listrik yang dikonsumsi angka standar efisiensi sistem refrigerasi gedung menurut SNI tahun 1993 maksimum kw/TR sebesar 0,9. Angka ini menunjukkan bahwa sistem refrigerasi maksimum menkonsumsi listrik 0,9 kW untuk menghasilkan kemampuan mengambil panas gedung sebesar 1 Ton Refrigerasi atau 12.000 Btu/hr atau 3024 kcal/jam. Sementara tingkat kenyamanan dalam ruangan dimana sistem AC-nya beroperasi pada kondisi efisien energi adalah pada suhu 25 + 2 oC dan kelembaban udara relatif sebesar 60 +10 % Suatu sistem yang baik seperti sistem AC yang efisien perencanaan awal dalam penentuan jenis sistem AC yang dipilih serta peralatan yang diadakan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan konservasi energi pada sistem AC gedung. Ada berbagai macam sistem refrigerasi yang dapat dipilih untuk kondisi gedung tertentu seperti sistem chiller water cooler, chiller air cooler, sistem package atau kombinasinya. Sementara pada sistem distribusi udara bisa menggunakan sistem seperti AHU dengan chilled water atau refrigerant atau juga menggunakan fan coil sistem untuk mengalirkan udara dingin ke ruangan-ruangan yang dilayani oleh sistem AC. Pemilihan sistem refrigerasi dan distribusi udara ditentukan oleh banyak faktor terutama adalah kondisi dan lokasi penempatan dari sistem AC di gedung serta anggaran yang dimiliki oleh pemilik gedung. Selain itu yang terutama adalah bahwa sistem AC yang didisain kapasitasnya sesuai dengan beban panas yang harus diatasi. Program konservasi energi pada sistem AC lebih baik dilakukan pada saat awal perencaaan bangunan dibandingkan dengan setelah bangunan itu berdiri karena modidikasi sistem yang telah ada akan lebih menyulitkan dan akan mempengaruhi bagian-bagian lain dimana semua sistem telah dihitung secara terintegrasi. 
3. Sistem tata cahaya 
Pada bangunan gedung sistem tatacahaya menempati urutan kedua dalam mengkonsumsi energi listrik. Pada bangunan gedung pada umumnya pencahayaan digunakan untuk area publik seperti membaca di kantor, lorong-lorong dan lobby sehingga pencahayaannya lebih terdistribusi. Perencanaan pencahaayan gedung yang hemat energi akan lebih baik dilakukan sebelum bangunan berdiri karena sifatnya yang terdistribusi sehingga mempengaruhi area yang luas dari tempat lampunya berada. Perubahan sistim pencahayaan atau retrofitting setelah bangunan berdiri akan memberatkan biaya perubahan langit-langit dari ruangan yang diperbaiki. Untuk mendapatkan pencahayaan dalam ruangan yang optimal diperlukan pemilihan jensi lampu yang hemat energi sesuai dengan peruntukkan ruangan serta pemilihan armatur yang efektif dalam merefleksikan cahaya ke bawah. Penentuan jenis warna dinding serta letak tinggi dari armatur sangat menentukan tingakt pencahayaan yang sampai ke bidang yang akan diterangi. Tingkat terang ini akan menentukan berapa banyak jumlah lampu dan daya masing-masing lampu yang diperlukan. Pencahayaan ruangan yang hemat energi ditentukan juga oleh efisiensi lampu yang ditandai dengan parameter lumen per watt.. Untuk penerangan publik yang menggunakan jenis lampu fluorescent, penggunaan ballast elektronik akan lebih mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dalam ruangan. Indonesia adalah negara tropis yang dianugrahi cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun. Sumber cahaya yang gratis dan murah ini tidak secara optimal dimanfaatkan sebagai sumber cahaya penerangan alami siang hari. Ada kekhawatiran bahwa penggunaan cahaya alami ini akan menambah beban AC gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu adalah cahaya pantulan dan bukan cahaya langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang gelombang yang tinggi sementara cahaya langsung masih mengandung spektrum yang memiliki panjang gelombang rendah. Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini akan menimbukan efek rumah kaca sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek rumah kaca dan menjadi beban pendinginan AC yang rendah. 
4. Sistem Transportasi gedung 
Saat ini gedung komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan untuk menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan lahan yang menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas. Perencanaan awal transportasi vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor seperti peruntukan gedung, laju perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi sistem transportasi verticalnya. Sistem trasnportasi vertical yang modern dan dapat diprogram ulang adalah sistem yang akan lebih mendukung program konservasi energi dalam gedung baik dalam perencanaan awal maupun retrofit dikemudian hari. 
5. Sistem kelistrikan 
Sumber utama energi untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini bisa disuplai dari PLN atupun dari genset milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam perencanaan awal sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem kelistrikan gedung. Aspek konservasi energi dari sistem kelsitrikan gedung adalah terbaginya beban secara merata pada masing-masing fasa, telah terpisahnya msing-masing beban seperti AC, penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah adanya alat pengukur konsumsi energi lisitrik pada masing-masing sistem pengguna energi sehingga pemakaian energinya dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk menilai keberhasilan sejumlah langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada sistem-sistem pengguna energi tadi. Selain itu dengan telah terpisahnya beban listrik sistem pengguna energi pada saluran kabel yang berbeda akan memudahkan kontrol operasi sistem tadi apalagi jika gedung menggunakan sistem otomasi terintegrasi (Building Automation System/BAS). Pemasangan kapasitor bank pada jaringan listrik diawal pembangunan juga akan meningkatkan efisiensi penggunan listrik sistem kelistrikan gedung. Jika tidak dilakukan minimal ada alokasi tempat yang tepat di panel induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian hari, Pemilihan genset yang efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset diperlukan untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak jika saat dimana harga energi alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan ekonomis. 
6. Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS) 
Dengan kemajuan teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan performa operasi sistem-sistem pengguna energi digunakan building otomation system (BAS) penggunaan BAS ini juga dapat mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada operasional sistem AC penggunaan BAS akan dapat mengatur jam nyala dari sistem chiller dan AHU serta mengatur jumlah chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS ini akan dapat mengatur jam nyala dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang nyala disesuaikan dengan pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan lampu dan sistem AC tadi hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa jaringan kabel listriknya telah terpisah masing-masing. Sementara itu pada lift penggunaan BAS dapat mengatur jumlah lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan. Penggunaan sistem BAS ini sudah tentu akan dapat mendukung program penggunaan energi listrik yang efisien pada bangunan gedung dengan syarat bahwa sistem kelistrikan dan semua sistem pengguna energi tadi direncanakan secara terintegrasi dan dipersiapkan dari awal untuk dikontrol oleh BAS. 
7. KAPAN AUDIT ENERGI DIPERLUKAN 
Audit energi adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan pengguna energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada peralatan-peralatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler dan motor-motor. Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka langkah-langkah untuk melakukan efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi lebih terarah. Untuk menetapkan tingkat efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung dilakukan perbandingan hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang berlaku seperti SNI dan lainnya..
Audit energi : ” Kegiatan yang dimaksud untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam suatu fasilitas pengguna energi ”. Tujuan audit energi : ” Adalah untuk menentukan cara yang terbaik untuk mengurangi penggunaan energi per satuan output dan mengurangi biaya operasi/biaya produksi ” Ada 4 pertanyaan dasar yg harus perlu dijawab dalam Audit Energi baik di : “ bangunan kantor, komersial atau fasilitas publik “
Berapa banyak energi yang telah digunakan, dan dimana sajakah dimanfaatkannya?
Berapa banyak energi yang harus digunakan pada kondisi operasi yang ada saat ini?
Seberapa hemat energi yang dapat dikonsumsi pada kondisi operasi yang telah diperbaiki?
Seberapa aman/sehat bagi manusia dan lingkungan pemanfaatan energi tersebut?
Suatu kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program konservasi energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus dibedakan dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi ini adalah suatu kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan efisien pada suatu fasilitas pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas atau kenyamanannya. Untuk mencapai ini diperlukan batasan-batasan standar yang harus ditaati. Dengan adanya batasan ini maka penghematan energi tidak akan dilakukan secara semena-mena sehingga merugikan pengguna, sebagai contoh ada persepsi yang salah mengghemat energi lampu pada ruangan kantor adalah dengan mematikan begitu saja sejumlah lampu pada ruangan itu, sehingga mengakibatkan sulitnya kegiatan membaca dan aktifitas lainnya. Mematikan lampu pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang minimal (lux) yang harus dipenuhi agar sesuai dengan peruntukkannya.
sumber :http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2012/09/audit-energi-pada-sebuah-gedung.html

MANAJEMEN OPERASIONAL ENGINEERING GEDUNG



Dalam manajemen operasional engineering bertujuan untuk memberikan suatu panduan menjalankan bagian engineering maintenance dari suatu gedung komersil, dimana hal-hal yang perlu diperhatikan terebut adalah sebagai berikut ;


  1. Setiap hari bagian administrasi engineering harus memeriksa jadwal perawatan berkala dan menyusun rencana kerja setiap bulan beserta material dan peralatan yang diperlukan. Disamping hal tersebut diatas, bagian administrasi engineering juga bertugas untuk memonitor / memeriksa daftar Surat Perintah Kerja yang telah dikeluarkan dan memberi tanda atas pekerjaan-pekerjaan yang belum diselesaikan.
  2. Setiap penugasan kepada teknisi (service & repair) harus diinstruksikan secara tertulis dengan memakai formulir Surat Perintah Kerja / Work Order agar teknisi betul-betul mengerti tugas yang akan dikerjakan dan kemudian dapat disimpan di Maintenance Fille dari peralatan yang bersangkutan. Dengan melaksanakan hal ini maka data-data operasi dari setiap mesin tidak hilang dan dan dapat dilihat setiap saat untuk di-evaluasi bila terjadi kerusakan.
  3. Setiap hari semua peralatan-peralatan utama harus dimonitor dengan memeriksa dan mencatat data operasi pada formulir yang telah disediakan sebelumnya dan melaporkan dengan segera secara tertulis dalam Form “Laporan Kerusakan atau “Damage Report Form”.


4.0.
Demikian juga check-list untuk Perawatan mesin-mesin agar dibuatkan secara tertulis dalam bentuk formulir.
Setelah selesai dilaksanakan, teknisi / supervisor diwajibkan menulis pada tempat yang disediakan hal-hal yang memerlukan penanganan dengan segera (bila ada kelainan-kelainan) dan diserahkan kepada pimpinan untuk diperiksa dan disimpan di Maintenance File mesin yang bersangkutan.
Note:
Check List untuk perawatan harus dievaluasi dan direvisi sesuai dengan umur dan kondisi peralatan.


5.0.
Jadwal Pengoperasian Peralatan Gedung
Harus disusun secara rinci jadwal pengoperasian (on & off) peralatan-peralatan utama (contoh untuk menghindari pemakaian energi listrik / maupun air yang berlebihan).


6.0.
Inspeksi Bersama
Minimal satu kali dalam sebulan harus melakukan inspeksi bersama ke lapangan untuk memonitor keadaan yang sebenarnya dan mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki atau ditindaklanjuti.


7.0.
Rapat Koordinasi
Minimal satu kali dalam sebulan harus menyelenggarakan rapat koordinasi untuk membahas status pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai maupun pekerjaan-pekerjaan baru (yang didapat dari inspeksi bersama 6.0. diatas)


8.0.
Equipment Operation Manual
Cara menjalankan dan mematikan peralatan utama harus disediakan secara tertulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti untuk dilaksanakan, terutama untuk:

a.
Mengoperasikan Emergency Generator secara otomatis dan manual
b.
Prosedur yang harus dilakukan bila interlock antara PLN dan Emergency Generator tidak bisa secara otomatis
c.
Prosedur mengoperasikan panel tegangan menengah
d.
Prosedur mengoperasikan pompa pemadam api
e.
Prosedur mengoperasikan panel utama fire alarm
f.
Prosedur mengeluarkan penumpang lift yang terperangkap
g.
Prosedur mengoperasikan lift dengan engkol dari ruang mesin
h.
Prosedur mengoperasikan peralatan A/C seperti Chilker, dll.


9.0.
Standard Operation Prosedure (S.O.P)
Management harus mengeluarkan S.O.P. untuk dipergunakan sebagai petunjuk pelaksanaan mutu pekerjaan seperti untuk:
a.
S.O.P. untuk plant rooms
b.
S.O.P. untuk peralatan-peralatan utama
c.
S.O.P. untuk mematikan dan menjalankan peralatan-peralatan.

10.0
Daftar Permintaan Pekerjaan (Worked Request List).
Setiap permintaan pekerjaan harus dicatat terlebihdahulu (dalam computer database atau log sheet) setiap hari oleh Bagian Administrasi Engineering dan kemudian memeriksanya setiap hari untuk memonitor progress dan memastikan tidak ada perkerjaan yang terlupakan.


11.0.
Bench Marking
Data operasionil agar didata dan dievaluasi setiap tahun untuk dijadikan bahan acuan atau bench marking seperti:
a.
Pemakaian energi listrik (KwH) per meter persegi per bulan atau per tahun
b
Beban listrik (dalam volt-ampere) per meter persegi
c.
Pemakaian energi air per meter persegi per bulan
d.
Pemakaian energi listrik untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lampu, pompa dan lift
e.
Maintenance Cost untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lift, pompa-pompa, dll.
f.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekrjaan sperti mengganti lampu yang rusak, ganti oli genset, ganti seal pompa, service ac dll.
12.0.
Laporan Bulanan
Setiap bulan harus dikeluarkan laporan rutin yang berisi antara lain:
a.
Total Pemakaian energi listrik (contoh tabel Lampiran No. 7) untuk tenant dan building facilities (common area)
b.
Total pemakaian energi air untuk tenant dan building facilities
c.
Laporan kejadian-kejadian (bila ada):

c1.
Blackout PLN

c2.
Machinery Breakdown

c3.
Kegiatan pekerjaan perawatan dan perbaikan

c4.
Rencana kerja pada bulan berikutnya

c5.
Pekerjaan yang tertunda dari rencana kerja bulan sebelumnya.


13.0.
Filing dan Dokumentasi.

a. Semua data–data operasi dari mulai service, perbaikan, modifikasi, instalasi baru harus disimpan dengan baik pada file dari peralatan yang bersangkutan.Umpamanya.file genset no1 harus disimpan pada folder file genset no.1.
b.Semua dokumentasi teknik seperti gambar2 pada waktu konstruksi, dokumen spesifikasi, dokumen perencanaan, dokumen testing commissioning data sheet,as built drawing, factory manual.operation and maintenance manual harus disimpan dengan baik dan sewaktu waktu dapat dilihat dengan mudah bila ada yang memerlukan.
Satu set dari operation and maintenance manual harus disediakan diruang engineering sedangkan yang asli disimpan di central file.

14.0.
Training
Setiap tahun harus disusun jadwal pelatihan untuk semua tingkatan dari mulai level bawah sampai pimpinan. Materi latihan harus meliputi antara lain (in-house atau keluar):
a.
Preventive Maintenance
b.
Kepemimpinan
c.
Safety
d.
Peningkatan pengetahuan:

d1.
Air Conditioning

d2.
Sistim Listrik

d3.
Sistim Mekanikal

d4.
Bahasa Inggris


15.0.
Petunjuk cara operasi peralatan2 utama agar ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi peralatan terpasang.
16.0.
Gambar2 skematik sistim distribusi listrik,plambing,air conditioning, mekanikal, fire service & alarm agar ditempelkan pada tembok dari ruangan dimana peralatan-peralatan tersebut berlokasi.
17.0.
Setiap panel listrik harus dilengkapi dengan gambar diagram sehingga memudahkan pemeriksaan bila ada kerusakan.
18.0.
18.1
Pada tahun-tahun pertama pengadaan suku cadang cukup yang rutin saja (seperti filter, vee belt, fuse) karena mesin-mesin masih baru dan masih garansi.




Sesudah tahun pertama memasuki tahun kedua pengadaan suku cadang sudah mulai diperbanyak jenisnya, seperti:

a
Motor listrik untuk peralatan vital yang tidak mempunyai stand-by unit

b
Contractors

c
Cables for electrical, telephone, etc

d
Lightings

e
Bearing untuk elevator

f
Flexible coupling untuk pompa-pompa

g Flexible joints.

18.2 Jumlah dari tiap-tiap jenis disesuaikan dengan:
a Jumlah peralatan
b Frequency pemakaian atau penggantian
c Waktu yang diperlukan untuk memesan barang tersebut.

18.3 Gudang Material
a. Tempat penyimpanan suku cadang dan tools
b Semua suku cadang maupun material apa saja harus dimasukkan kedalam kartu stock (stock card)
c Setiap satu jenis barang memiliki satu kartu stock.

Cara Setting Timer Theben Pada Instalasi Listrik Di Rumah

 Pernahkah Anda melihat lampu jalan yang bisa menyala sendiri tanpa harus ada yang menyalakan? Biasanya lampu jalan akan menyala ketika malam datang ataupun hari mulai gelap, teknologi yang digunakan ini adalah teknologi sakelar otomatis atau theben. Cara setting Timer Theben bisa dilakukan sendiri di rumah untuk mengatur nyala lampu di rumah Anda. Tidak hanya lampu jalan saja yang bisa diatur kapan akan menyala dan kapan akan mati tapi lampu taman di rumah Anda atau lampu yang ada di dalam rumah Anda juga bisa diatur kapan mati dan kapan bisa menyala.

Ada dua jenis sakelar otomatis yaitu sakelar dengan timer atau pengatur waktu atau yang sering disebut dengan timer theben dan sakelar photocell. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk instalasi timer listrik di rumah sangat disarankan untuk menggunakan timer theben karena pengaturannya sangat mudah dibandingkan dengan sakelar yang menggunakan photocell. Hal ini dikarenakan sakelar dengan menggunakan photocell sangat bergantung pada cahaya yang ada di sekitarnya.
Untuk Anda yang berminat untuk memasang sakelar timer theben ada dua hal yang harus dilakukan yaitu persiapan dan pengaturan waktu. Agar lebih jelas simak saja penjelasan berikut ini:

1. Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan ini adalah menyiapkan timer theben dan mengaturnya dalam keadaan default. Biasanya jika kita membeli sakelar timer, maka pengaturannya sudah secara otomatis Akan default sesuai dengan settingan dari pabriknya. Anda tidak perlu melakukan banyak perubahan pada pengatur dalam tahap persiapan ini.

2. Tahap pengaturan waktu

Setelah persiapannya selesai, langkah yang selanjutnya adalah mengatur jadwal waktu sesuai dengan keinginan kita. Cara settingnya sangat mudah, yakni sirip melingkar yang berwarna merah diatur dengan cara menekannya ke dalam, lalu atur sesuai dengan waktu yang Anda inginkan, durasi dalam timer ini adalah 24 jam. Misalnya saja Anda ingin menyalakan lampu jam 5 sore dan lampu akan mati ketika jam 6 pagi, maka pengaturannya yaitu sirip berwarna biru diatur dengan menyejajarkan tombol pada angka 17.00 dan akan berakhir pada angka 05.00. Yang lain biarkan saja biara terbuka. Setelah di setting kemudian dipasangkan pada sakelar lampu. Setelah itu baru sesuaikan dengan waktu yang sesungguhnya.

Mudah bukan untuk memasang timer theben ini pada sakelar rumah Anda? Jika Anda sering bepergian dan meninggalkan rumah dalam keadaan kosong memang sebaiknya menggunakan pengaturan timer theben ini sebagai keamanan. Anda tidak perlu meminta bantuan tetangga untuk menyalakan lampu rumah Anda karena semuanya sudah bisa diatur dengan detail. Selain itu, penggunaan sakelar timer theben ini juga sangat menguntungkan dan bisa menghemat penggunaan energi listrik karena sudah diatur waktu kapan menyala dan kapan lampu akan mati. Jangan lupa setelah mengikuti langkah cara setting timer theben Anda harus melakukan uji coba terlebih dahulu.

WIRING DIAGRAM OTOMATIS LAMPU MENGGUNAKAN TIMER

Contoh lain aplikasi timer yaitu digunakan untuk menghidupkan dan mematikan lampu secara otomatis. Seperti ini, lampu nyala jam 18.00 dan akan padam jam 05.00 esok hari, begitu seterusnya setiap hari. Hal ini berguna bila rumah atau pabrik, memiliki struktur bangunan bertingkat, dihadapkan dengan rempongnya saat akan menghidupkan dan mematikan lampu. Atau bisa juga berguna sebagai otomatis lampu jalan.
Berikut gambar skema rangkaian atau wiring diagram otomatis lampu menggunakan timer untuk contoh aplikasi kasus di atas
Click to enlarge
Alat yang diperlukan:
T1: Timer ON delay OMRON H3CR-A8 100 – 240 VAC, set 11 jamT2: Timer ON delay OMRON H3CR-A8 100 – 240 VAC, set 13 jamB1: MCB 1P 6A, di ON kan pada jam 18.00 sebagai awal kerja rangkaian#1: Magnetic relay OMRON MY3N 200 – 240 VACL1, L2: Lampu TL, pijar, hemat energi atau mercury 220 VAC. L1 dan L2 dipasang pararel, bisa juga menambahkan L3, L4, L5, dst, total max 5 A.
Cara kerja:
Rangkaian bekerja diawali dengan menekan MCB B1, yaitu pada jam 18.00Timer T1 teraliri arus listrik, namun kontak-kontaknya tidak akan berubah sampai waktu tunggu timer tercapaiRelay #1 teraliri arus listrik, seketika kontak NO (normally open) #1 akan berubah menjadi close, akibatnya lampu akan menyalaKetika waktu tunggu timer T1 tercapai (11 jam atau sekitar jam 05.00 esok hari), kontak NO T1 akan berubah menjadi close, mengalirkan arus listrik ke timer T2. Kontak NC (normally close) T1 akan berubah menjadi open, memutus arus listrik ke #1, akibatnya kontak #1 akan kembali NO dan lampu akan padamWaktu tunggu timer T2 tercapai (13 jam atau sekitar jam 18.00), kontak NC T2 akan berubah menjadi open, memutus arus listrik ke T1, akibatnya rangkaian seolah-olah direset atau kembali pada poin 2 di atas.
Aplikasi otomatis lampu ini berbeda dengan otomatis pompa air, walaupun sama-sama menggunakan timer. Perbedaanya terjadi jika ada gangguan pasokan listrik (mati-hidup) dari sumber (PLN) saat beban rangkaian hidup. Kalo ada mati lalu hidup lampu dari PLN, pada aplikasi otomatis pompa air, motor pompa tidak akan langsung hidup, sedangkan pada aplikasi otomatis lampu, lampu akan langsung menyala. Kenapa demikian? Yaaa masa kita akan terus gelap-gelapan, dan ingat!! inrush current atau lonjakan start awal arus listrik pada motor lebih besar daripada lampu.

CARA MERAKIT LAMPU TL

Instalasi Neon yang Sederhana namun Kuat.
Beberapa hari yang lalu, saya melihat neon yang terpasang di bangunan warung, depan Masjid Tangkuban Perahu, Guntur Jakarta selatan. Demikian sederhana, tapi cukup mantap untuk diaplikasikan. Dilihat dari ide pembuatannya, saya cukup salut, karena menggunakan terminal listrik sebagai penjepit kaki-kaki lampu neon.
Hanya memang cukup membahayakan melihat ujung kabel listrik yang terbuka.





1. Menggunakan Triplex dan terminal listrik


2. Penggunaan Terminal Listrik sebagai penjepit kaki neon


skema lampu TL




skema lampu TL yang ada di foto