SPONSOR

Thursday, March 16, 2017

INSTRUMENT ALAT UKUR PADA PANEL LISTRIK

Berikut coba kami bahas mengenai beberapa instrumen alat ukur yang biasanya terpasang di panel-panel distribusi listrik. 
Biasanya semua peralatan panel meter bisa beroperasi dengan baik pada suhu ruangan antara 0 - 50 derajat celcius. Dan bila disimpan suhu ruangan kisarn antara -15 -70 derajat celcius. Lebih atau kurang dari yang sudah ditentukan diatas dipastikan alat akan rusak,atau meski berfungsi tingkat akurasinya sudah berkurang. 
Standar calibrated adalah instrumen untuk mounting pada panel vertikal. maka alat ini harus dipasang vertikal untuk mendapatkan hasil pembacaan meter yang akurat. 

1. DC Ampere Meter 
 
Berguna untuk mengukur Arus DC. Cara pemasangan, harus menggunakan Trafo Arus atau CT yang sesuai. Misal Ampere Meter seperti gambar disamping adalah rating antara 0 - 100 A, maka CT yang terpasang harusnya 100/60 mA. Tingkat akurasi :1,5 . System pengukuran Moving Coil. Sehingga Memungkinkan untuk penggantian scala pengukuran. Sebagai contoh Alat yang seperti gambar diatas rating 0 -100 A, Bisa diganti dengan 50, 200, 500 dan seterusnya. tetapi tentunya CT pun juga harus diganti sesuai dengan rating yang diganti. Untuk penggantian menjadi 50 A maka CT harus 50/60mA. dan seterusnya. Berat alat 200 gram. 

2. DC Volt Meter 
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur tegangan DC. Rating disesuaikan dengan skala yang tercantum pada alat tersebut. Bila alat tersebut mempunyai rating 0-200 V, maka tegangan yang akan diukur jangan sampai melebihi dari 200 V, karena kalau sampai lebih alat bisa dipastikan menimbulkan asap alias terbakar, ( KOBONG CO.......Y ), Maka diperlukan ketelitian sebelum digunakan. tingkat akurasi dari alat inimencapai angka1,5. Berat alat 200 gram. 
3. Ampere Meter. 
 
Amperemeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur arus yang mengalir pada suatu penghantar listrik. Untuk arus kecil dibawah 40 Abisa menggunakan Type Direct., alat dengan TypeDirect ini digunakan secara “Direct” atau dipasang langsung., adapun caranya langsung dipasang seri dengan beban yang akan diukur Namun bila beban yang diukur lebih besar dari 50 A, alat ini harus menggunakan Trafo Arus (CT). adapun arus pengeluaran dari trafo arus yang di-ijinkan antara1 – 5 A. misalnya : untuk beban antara 0-50 A menggunakan CT 50/5 atau 50/1 dengan menggunakan type ampere meter dengan range scale 0 – 50 A. bila arus yang akan diukur kisaran antara 0-100 A maka CT yang digunakan adalah CT 100/5 atau 100/1, dengn menggunkan type ampere meter dengan range scale antara 0 – 100 A. begitu seterusnya. Adapun cara wiring adalah dipasang seri, yaitu pada ampere meter terminal no 1 mendapat terminal K / P1pada CT, dan terminal no 2 pada amperemeter mendapat terminal L / P2 pada CT. 
Tinkat akurasidari alat ini mencapai 1 – 1,5. Internal konsumsi arus 0,5 VA. Frekwensi 50 – 60 Hz. Berat dari alat ini 210 gr untuk ukuran 96 x 96 mm, dan 150 gr untuk ukuran 72 x 72 mm. 

4. Max. Demand Ammeter 
 
Max. Demand Ammeter fungsinya sama dengan Amperemeter, hanya saja bedanya pada panel depan ada dua buah jarum penunjuk arus, yang warna hitam menunjukkan arus yang sedang mengalir, dan jarum yang merah menunjukkan arus tertinggi yang mengalir pada penghantar yang diukur. Pembacaan arus tertinggi ini akan kembali membaca arus tertinggi kembali setelah 15 menit. 
Cara kerja jarum merah adalah, menggunakan bimetal yang akan merespon setelah 15 menit. Misalnya pada alat tersebut ada arus yang terbaca maka jarum hitam akan bergerak naik dan mendorong jarum merah sampai pada skala tertentu ( tergantung beben yang mengalir)secara bersamaan, bila beban kemudian turun maka jarum merah akan tetap berhenti pada skala pertama (selama 15 menit), dan jarum hitam akan tetap turun mengikuti arus yang ada pada saat itu. Setelah 15 menit maka jarum merah akan kembali turun hingga menyentuh jarum hitam,dan kembali akan berhenti lagi. Bila beban naik lagi maka jarum merah kembali akan terdorong jarum hitam sampai arus tertinggi, bila belum ada 15 menit arus naik lagi maka jarum merah akan terdorong kembali dan berhenti pada arus maksimal saat itu, dan bimetal kembali akan menghitu 15 menit lagi untuk perubahan beban selanjutnya,begitu seterusnya. 
Tingkat akurasi 3 %, frekwensi 50 – 60 Hz, arus yang di ijinkan secara direct 6A. pemasangan sama seperti pemasangan Amperemeter. Hanya saja CT yang digunakan outputnya yang 5A. misal 50/5A, 100/5A dan seterusnya. Dimensi 96 x 96 mm, berat 210 gr. 

5. Max. Demmand Ammeter + Ammeter 
 
Sama fungsinya seperti Max. Demmand Ammeter dan Ammeter, hanya saja dikemas menjadi satu panel meter. Pemasangannya pun juga sama. Dimensi 96 x 96 mm, dengan berat 300 gr. 

6. Voltmeter dan Double Voltmeter 
 
 
Adalah alat untuk mengukur beda potensial atau tegangan.double Voltmeter digunakan untuk mengukur dua sumber tegangan yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Pemasangan parallel dengan tegangan yang akan diukur. Untuk pengukuran tegangan antara 0 – 250 V dan 0 –500 V dapat dipasang secara langsung, namun bila teganggan lebih dari 500V harus menggunakan PT (Potansial Transformer). 
Tingkat akurasi alat ini 1.5. frekwensi 50 – 60 Hz. 

7. Zerro Voltmeter 
 
Alat yang befungsi untuk mengetahui beda potensial antara dua sumber tegangan. 
Biasanya alat ini dipasang pada panel syncron, fungsinya untuk mensyncronkan dua sumber teganganyang akan di parallel. Besar tegangan antara 0 – 800V, untuk parallel 380 – 400 V 

8. Freqwency Meter 
 
 
 
Alat yang digunakan untuk mengukur freqwensi pada suatu sumber tegangan. 
Tegangan yang di ijinkan 0 – 220 V. 

9. Watt Meter 
 
Alat yang di gunakan untuk mengetahui daya yang dikonsumsi beban listrik. 
Tegangan yang di ijinkan 380 V. Sytem wiring 3 phase 4 wire. Frekwensi 50 Hz. Cara pemasangan sama seperti pemasangan kwh meter 3 phase. 

10. Varmeter 
 
Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase. Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak balance jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP (terjadi beban capacitif). 

11. Cos Q Meter 
 
Alat yang digunakan untuk mengetahui cos q. 
Pemsangan sama seperti pemasangan kwh 3 phase. 

12. Syncroscop 
 
Alat yang digunakan untuk mengetahui urutan phase pada sumber tegangan. Bila sumber tegangan sudah benar( R S T ) tidak terbalik maka petaran lampu led akan bergerak ke kanan. Bila salah satu phase terbalik maka putaran lampu led akan kekiri. 
Tegangan yang dipakai 380 V. 

13. 1p Kwh Meter 
 
Alat yang digunakan untuk mencatat pemkaian beban listrik pada suatu waktu. 
Max arus yang di ijinkan 20 A. teggangan 220 V.



sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/08/berikut-coba-kami-bahas-mengenai.html

AUDIT ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

DEFINISI AUDIT ENERGI 
Energi merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembangunan. Dengan akselerasi pembangunan yang meningkat dewasa ini, pertambahan penduduk dan peningkatan taraf hidup menyebabkan laju konsumsi energi semakin meningkat pula. Tanpa dilakukannya usaha menghemat energi, akan mengakibatkan habisnya cadangan energi dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) tidak dapat direalisasikan. Penggunaan energi di Indonesia dapat dikelompokkan dalam sektor-sektor industri rumahtangga bangunan komersial dan transportasi. Penggunaan energi pada sektor industri dan bangunan komersial cukup tinggi dibandingkan yang lain sehingga perlu menjadi fokus kegiatan konservasi energi. Makin berkembangnya perekonomian dicatat dengan makin banyaknya pendirian bangunan komersial karena itu Khusus untuk bangunan komersial perlu dilakukan langkah-langkah konservasi energi sebelum dan sesudah pembangunan gedung komersial tersebut. Pada bangunan gedung pengguna energi dapat dikelompokkan pada empat pengguna energi terbesar yaitu : Sistem AC, Sistem pencahayaan, sistem transportasi gedung, peralatan kantor dan lainnya. Dari hasil survei sejumlah pihak didapatkan persentasi penggunaan energi peralatan gedung komersial rata-rata adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini ; Gambar persentase penggunana energi di gedung Sumber : Ditjen LPE, Departemen Energi dan sumberdaya Mineral Ada perbedaan hasil yang significant dalam melaksanakan konservasi energi di bangunan sebelum dan sesudah pembangunan gedung tersebut. Pembangunan suatu gedung komersial yang direncanakan secara matang untuk memenuhi kaidah-kaidah konservasi energi akan memberikan banyak keuntungan dan manfaat bagi pemilik dan pemakai gedung tersebut. Dengan perencanaan awal yang matang dan menyeluruh serta memenuhi kaĆ­da-kaidah hemat energi tanpa mengorbankan kenyamanan pemakaian gedung seperti kenyamana termal dan visual maka pemakaian energi gedung akan lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perencanaan hemat energi. Dengan rendahnya pemakaian energi gedung akan memberikan manfaat untuk pemilik gedung dengan kemampuan yang tinggi untuk menggunakan bangunan secara terus menerus karena biaya operasionalnya yang rendah. Biaya opersional yang rendah untuk gedung komersial selanjutnya akan membuat harga sewa gedung menjadi lebih rendah sehingga mendorong para penyewa tetap bertahan di bangunan tersebut. Konservasi energi adalah salah satu bentuk pengelolaan energi yang benar dan efisien. Alat utama kegiatan konservasi energi adalah audit energi. Seperti juga halnya audit keuangan, audit energi merupakan suatu penelusuran atas sumber daya energi dari mulai masuknya sampai ke pengguna akhir untuk mencari kebocoran kebocoran serta membuat rekomendasi yang akan memperbaiki sistem pemanfaatan energi dari suatu fasilitas (gedung atau pabrik). Sebagai contoh untuk melaksanakan kegiatan konservasi energi pada bangunan gedung baik sebelum ataupun sesudah bengunan itu berdiri harus melihat hal-hal sebagai berikut : · 
Sistem Selubung Bangunan · Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung · Sistem Tata Cahaya Pada Bangunan Gedung · Sistem transportasi gedung dan motor-motor · Sistem kelistrikan gedung · Sistem otomasi terigtegrasi gedung Hal lain yang menjadi faktor keberhasilan kegiatan konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam menghemat energi 


1. Selubung bangunan 
Selubung bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh bangunan dalan menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi komponen selubung bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta selubung atap. Luasan dan jenis selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi perolehan kalor/panas, akibat konduksi dari luar dan radiasi matahari. Untuk mengurangi perolehan panas yang berarti pula menurunkan beban pendinginan sistem AC, maka pemilihan dinding luar dan atap serta kaca dan kombinasi luasan dinding dengan kacanya akan menjadi penentu efektifitas selubung bangunan dalam menghambat aliran panas dari luar. Sistem AC yang menjadi pengguna energi terbesar di gedung sekitar 60 persen menyebabkan perhatian terhadap selubung bangunan ini harus lebih mendalam. Disain selubung gedung yang terlalu banyak melibatkan jendela kaca menyebabkan beban pendinginan AC yang besar sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC yang besar. Diperlukan suatu kombinasi antara dinding keras dan kaca dari selubung bangunan gedung yang optimal serta penggunaan peneduh dan vegetasi yang baik diluar gedung. Sebagai tolok ukur tingkat efektiftas selubung bangunan ini dalam mengatasi beban AC telah ditetapkan untuk kondisi Indonesia ukuran RTTV (Roof Thermal Transfer Value)untuk selubung atap dan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk selubung dinding. 
2. Sistem Tata udara 
Pada bangunan gedung sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling besar penggunaan energinya yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini menjadikan sistem AC sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di gedung. Sistem AC pada gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu sistem refrigerasi yang merupakan penggerak utama pengkondisian udara. Sistem refrigerasi ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini masih banyak menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta menimbulkan pemanasan global. Sistem kedua adalah sistem tataudara yang mengalirkan udara pada duct setelah didinginkan oleh sistem refrigerasi. Pada sistem tataudara ini terdiri atas duct aliran udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser pendistribusi udara dingin. Parameter tingkat hemat sistem AC gedung adalah ditandai dengan efisiensi sistem refirgerasinya dan pencapaian kenyamanan ruangan sesuai standar kenyamanan orang Indonesia. Tingkat efisiensi sistem AC ditandai dengan kemampuan pengambilan panas gedung dibandingkan dengan energi listrik yang dikonsumsi angka standar efisiensi sistem refrigerasi gedung menurut SNI tahun 1993 maksimum kw/TR sebesar 0,9. Angka ini menunjukkan bahwa sistem refrigerasi maksimum menkonsumsi listrik 0,9 kW untuk menghasilkan kemampuan mengambil panas gedung sebesar 1 Ton Refrigerasi atau 12.000 Btu/hr atau 3024 kcal/jam. Sementara tingkat kenyamanan dalam ruangan dimana sistem AC-nya beroperasi pada kondisi efisien energi adalah pada suhu 25 + 2 oC dan kelembaban udara relatif sebesar 60 +10 % Suatu sistem yang baik seperti sistem AC yang efisien perencanaan awal dalam penentuan jenis sistem AC yang dipilih serta peralatan yang diadakan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan konservasi energi pada sistem AC gedung. Ada berbagai macam sistem refrigerasi yang dapat dipilih untuk kondisi gedung tertentu seperti sistem chiller water cooler, chiller air cooler, sistem package atau kombinasinya. Sementara pada sistem distribusi udara bisa menggunakan sistem seperti AHU dengan chilled water atau refrigerant atau juga menggunakan fan coil sistem untuk mengalirkan udara dingin ke ruangan-ruangan yang dilayani oleh sistem AC. Pemilihan sistem refrigerasi dan distribusi udara ditentukan oleh banyak faktor terutama adalah kondisi dan lokasi penempatan dari sistem AC di gedung serta anggaran yang dimiliki oleh pemilik gedung. Selain itu yang terutama adalah bahwa sistem AC yang didisain kapasitasnya sesuai dengan beban panas yang harus diatasi. Program konservasi energi pada sistem AC lebih baik dilakukan pada saat awal perencaaan bangunan dibandingkan dengan setelah bangunan itu berdiri karena modidikasi sistem yang telah ada akan lebih menyulitkan dan akan mempengaruhi bagian-bagian lain dimana semua sistem telah dihitung secara terintegrasi. 
3. Sistem tata cahaya 
Pada bangunan gedung sistem tatacahaya menempati urutan kedua dalam mengkonsumsi energi listrik. Pada bangunan gedung pada umumnya pencahayaan digunakan untuk area publik seperti membaca di kantor, lorong-lorong dan lobby sehingga pencahayaannya lebih terdistribusi. Perencanaan pencahaayan gedung yang hemat energi akan lebih baik dilakukan sebelum bangunan berdiri karena sifatnya yang terdistribusi sehingga mempengaruhi area yang luas dari tempat lampunya berada. Perubahan sistim pencahayaan atau retrofitting setelah bangunan berdiri akan memberatkan biaya perubahan langit-langit dari ruangan yang diperbaiki. Untuk mendapatkan pencahayaan dalam ruangan yang optimal diperlukan pemilihan jensi lampu yang hemat energi sesuai dengan peruntukkan ruangan serta pemilihan armatur yang efektif dalam merefleksikan cahaya ke bawah. Penentuan jenis warna dinding serta letak tinggi dari armatur sangat menentukan tingakt pencahayaan yang sampai ke bidang yang akan diterangi. Tingkat terang ini akan menentukan berapa banyak jumlah lampu dan daya masing-masing lampu yang diperlukan. Pencahayaan ruangan yang hemat energi ditentukan juga oleh efisiensi lampu yang ditandai dengan parameter lumen per watt.. Untuk penerangan publik yang menggunakan jenis lampu fluorescent, penggunaan ballast elektronik akan lebih mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dalam ruangan. Indonesia adalah negara tropis yang dianugrahi cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun. Sumber cahaya yang gratis dan murah ini tidak secara optimal dimanfaatkan sebagai sumber cahaya penerangan alami siang hari. Ada kekhawatiran bahwa penggunaan cahaya alami ini akan menambah beban AC gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu adalah cahaya pantulan dan bukan cahaya langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang gelombang yang tinggi sementara cahaya langsung masih mengandung spektrum yang memiliki panjang gelombang rendah. Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini akan menimbukan efek rumah kaca sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek rumah kaca dan menjadi beban pendinginan AC yang rendah. 
4. Sistem Transportasi gedung 
Saat ini gedung komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan untuk menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan lahan yang menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas. Perencanaan awal transportasi vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor seperti peruntukan gedung, laju perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi sistem transportasi verticalnya. Sistem trasnportasi vertical yang modern dan dapat diprogram ulang adalah sistem yang akan lebih mendukung program konservasi energi dalam gedung baik dalam perencanaan awal maupun retrofit dikemudian hari. 
5. Sistem kelistrikan 
Sumber utama energi untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini bisa disuplai dari PLN atupun dari genset milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam perencanaan awal sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem kelistrikan gedung. Aspek konservasi energi dari sistem kelsitrikan gedung adalah terbaginya beban secara merata pada masing-masing fasa, telah terpisahnya msing-masing beban seperti AC, penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah adanya alat pengukur konsumsi energi lisitrik pada masing-masing sistem pengguna energi sehingga pemakaian energinya dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk menilai keberhasilan sejumlah langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada sistem-sistem pengguna energi tadi. Selain itu dengan telah terpisahnya beban listrik sistem pengguna energi pada saluran kabel yang berbeda akan memudahkan kontrol operasi sistem tadi apalagi jika gedung menggunakan sistem otomasi terintegrasi (Building Automation System/BAS). Pemasangan kapasitor bank pada jaringan listrik diawal pembangunan juga akan meningkatkan efisiensi penggunan listrik sistem kelistrikan gedung. Jika tidak dilakukan minimal ada alokasi tempat yang tepat di panel induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian hari, Pemilihan genset yang efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset diperlukan untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak jika saat dimana harga energi alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan ekonomis. 
6. Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS) 
Dengan kemajuan teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan performa operasi sistem-sistem pengguna energi digunakan building otomation system (BAS) penggunaan BAS ini juga dapat mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada operasional sistem AC penggunaan BAS akan dapat mengatur jam nyala dari sistem chiller dan AHU serta mengatur jumlah chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS ini akan dapat mengatur jam nyala dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang nyala disesuaikan dengan pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan lampu dan sistem AC tadi hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa jaringan kabel listriknya telah terpisah masing-masing. Sementara itu pada lift penggunaan BAS dapat mengatur jumlah lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan. Penggunaan sistem BAS ini sudah tentu akan dapat mendukung program penggunaan energi listrik yang efisien pada bangunan gedung dengan syarat bahwa sistem kelistrikan dan semua sistem pengguna energi tadi direncanakan secara terintegrasi dan dipersiapkan dari awal untuk dikontrol oleh BAS. 
7. KAPAN AUDIT ENERGI DIPERLUKAN 
Audit energi adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan pengguna energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada peralatan-peralatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler dan motor-motor. Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka langkah-langkah untuk melakukan efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi lebih terarah. Untuk menetapkan tingkat efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung dilakukan perbandingan hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang berlaku seperti SNI dan lainnya..
Audit energi : ” Kegiatan yang dimaksud untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam suatu fasilitas pengguna energi ”. Tujuan audit energi : ” Adalah untuk menentukan cara yang terbaik untuk mengurangi penggunaan energi per satuan output dan mengurangi biaya operasi/biaya produksi ” Ada 4 pertanyaan dasar yg harus perlu dijawab dalam Audit Energi baik di : “ bangunan kantor, komersial atau fasilitas publik “
Berapa banyak energi yang telah digunakan, dan dimana sajakah dimanfaatkannya?
Berapa banyak energi yang harus digunakan pada kondisi operasi yang ada saat ini?
Seberapa hemat energi yang dapat dikonsumsi pada kondisi operasi yang telah diperbaiki?
Seberapa aman/sehat bagi manusia dan lingkungan pemanfaatan energi tersebut?
Suatu kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program konservasi energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus dibedakan dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi ini adalah suatu kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan efisien pada suatu fasilitas pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas atau kenyamanannya. Untuk mencapai ini diperlukan batasan-batasan standar yang harus ditaati. Dengan adanya batasan ini maka penghematan energi tidak akan dilakukan secara semena-mena sehingga merugikan pengguna, sebagai contoh ada persepsi yang salah mengghemat energi lampu pada ruangan kantor adalah dengan mematikan begitu saja sejumlah lampu pada ruangan itu, sehingga mengakibatkan sulitnya kegiatan membaca dan aktifitas lainnya. Mematikan lampu pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang minimal (lux) yang harus dipenuhi agar sesuai dengan peruntukkannya.
sumber :http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2012/09/audit-energi-pada-sebuah-gedung.html

MANAJEMEN OPERASIONAL ENGINEERING GEDUNG



Dalam manajemen operasional engineering bertujuan untuk memberikan suatu panduan menjalankan bagian engineering maintenance dari suatu gedung komersil, dimana hal-hal yang perlu diperhatikan terebut adalah sebagai berikut ;


  1. Setiap hari bagian administrasi engineering harus memeriksa jadwal perawatan berkala dan menyusun rencana kerja setiap bulan beserta material dan peralatan yang diperlukan. Disamping hal tersebut diatas, bagian administrasi engineering juga bertugas untuk memonitor / memeriksa daftar Surat Perintah Kerja yang telah dikeluarkan dan memberi tanda atas pekerjaan-pekerjaan yang belum diselesaikan.
  2. Setiap penugasan kepada teknisi (service & repair) harus diinstruksikan secara tertulis dengan memakai formulir Surat Perintah Kerja / Work Order agar teknisi betul-betul mengerti tugas yang akan dikerjakan dan kemudian dapat disimpan di Maintenance Fille dari peralatan yang bersangkutan. Dengan melaksanakan hal ini maka data-data operasi dari setiap mesin tidak hilang dan dan dapat dilihat setiap saat untuk di-evaluasi bila terjadi kerusakan.
  3. Setiap hari semua peralatan-peralatan utama harus dimonitor dengan memeriksa dan mencatat data operasi pada formulir yang telah disediakan sebelumnya dan melaporkan dengan segera secara tertulis dalam Form “Laporan Kerusakan atau “Damage Report Form”.


4.0.
Demikian juga check-list untuk Perawatan mesin-mesin agar dibuatkan secara tertulis dalam bentuk formulir.
Setelah selesai dilaksanakan, teknisi / supervisor diwajibkan menulis pada tempat yang disediakan hal-hal yang memerlukan penanganan dengan segera (bila ada kelainan-kelainan) dan diserahkan kepada pimpinan untuk diperiksa dan disimpan di Maintenance File mesin yang bersangkutan.
Note:
Check List untuk perawatan harus dievaluasi dan direvisi sesuai dengan umur dan kondisi peralatan.


5.0.
Jadwal Pengoperasian Peralatan Gedung
Harus disusun secara rinci jadwal pengoperasian (on & off) peralatan-peralatan utama (contoh untuk menghindari pemakaian energi listrik / maupun air yang berlebihan).


6.0.
Inspeksi Bersama
Minimal satu kali dalam sebulan harus melakukan inspeksi bersama ke lapangan untuk memonitor keadaan yang sebenarnya dan mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki atau ditindaklanjuti.


7.0.
Rapat Koordinasi
Minimal satu kali dalam sebulan harus menyelenggarakan rapat koordinasi untuk membahas status pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai maupun pekerjaan-pekerjaan baru (yang didapat dari inspeksi bersama 6.0. diatas)


8.0.
Equipment Operation Manual
Cara menjalankan dan mematikan peralatan utama harus disediakan secara tertulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti untuk dilaksanakan, terutama untuk:

a.
Mengoperasikan Emergency Generator secara otomatis dan manual
b.
Prosedur yang harus dilakukan bila interlock antara PLN dan Emergency Generator tidak bisa secara otomatis
c.
Prosedur mengoperasikan panel tegangan menengah
d.
Prosedur mengoperasikan pompa pemadam api
e.
Prosedur mengoperasikan panel utama fire alarm
f.
Prosedur mengeluarkan penumpang lift yang terperangkap
g.
Prosedur mengoperasikan lift dengan engkol dari ruang mesin
h.
Prosedur mengoperasikan peralatan A/C seperti Chilker, dll.


9.0.
Standard Operation Prosedure (S.O.P)
Management harus mengeluarkan S.O.P. untuk dipergunakan sebagai petunjuk pelaksanaan mutu pekerjaan seperti untuk:
a.
S.O.P. untuk plant rooms
b.
S.O.P. untuk peralatan-peralatan utama
c.
S.O.P. untuk mematikan dan menjalankan peralatan-peralatan.

10.0
Daftar Permintaan Pekerjaan (Worked Request List).
Setiap permintaan pekerjaan harus dicatat terlebihdahulu (dalam computer database atau log sheet) setiap hari oleh Bagian Administrasi Engineering dan kemudian memeriksanya setiap hari untuk memonitor progress dan memastikan tidak ada perkerjaan yang terlupakan.


11.0.
Bench Marking
Data operasionil agar didata dan dievaluasi setiap tahun untuk dijadikan bahan acuan atau bench marking seperti:
a.
Pemakaian energi listrik (KwH) per meter persegi per bulan atau per tahun
b
Beban listrik (dalam volt-ampere) per meter persegi
c.
Pemakaian energi air per meter persegi per bulan
d.
Pemakaian energi listrik untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lampu, pompa dan lift
e.
Maintenance Cost untuk peralatan-peralatan utama seperti chiller, lift, pompa-pompa, dll.
f.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekrjaan sperti mengganti lampu yang rusak, ganti oli genset, ganti seal pompa, service ac dll.
12.0.
Laporan Bulanan
Setiap bulan harus dikeluarkan laporan rutin yang berisi antara lain:
a.
Total Pemakaian energi listrik (contoh tabel Lampiran No. 7) untuk tenant dan building facilities (common area)
b.
Total pemakaian energi air untuk tenant dan building facilities
c.
Laporan kejadian-kejadian (bila ada):

c1.
Blackout PLN

c2.
Machinery Breakdown

c3.
Kegiatan pekerjaan perawatan dan perbaikan

c4.
Rencana kerja pada bulan berikutnya

c5.
Pekerjaan yang tertunda dari rencana kerja bulan sebelumnya.


13.0.
Filing dan Dokumentasi.

a. Semua data–data operasi dari mulai service, perbaikan, modifikasi, instalasi baru harus disimpan dengan baik pada file dari peralatan yang bersangkutan.Umpamanya.file genset no1 harus disimpan pada folder file genset no.1.
b.Semua dokumentasi teknik seperti gambar2 pada waktu konstruksi, dokumen spesifikasi, dokumen perencanaan, dokumen testing commissioning data sheet,as built drawing, factory manual.operation and maintenance manual harus disimpan dengan baik dan sewaktu waktu dapat dilihat dengan mudah bila ada yang memerlukan.
Satu set dari operation and maintenance manual harus disediakan diruang engineering sedangkan yang asli disimpan di central file.

14.0.
Training
Setiap tahun harus disusun jadwal pelatihan untuk semua tingkatan dari mulai level bawah sampai pimpinan. Materi latihan harus meliputi antara lain (in-house atau keluar):
a.
Preventive Maintenance
b.
Kepemimpinan
c.
Safety
d.
Peningkatan pengetahuan:

d1.
Air Conditioning

d2.
Sistim Listrik

d3.
Sistim Mekanikal

d4.
Bahasa Inggris


15.0.
Petunjuk cara operasi peralatan2 utama agar ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi peralatan terpasang.
16.0.
Gambar2 skematik sistim distribusi listrik,plambing,air conditioning, mekanikal, fire service & alarm agar ditempelkan pada tembok dari ruangan dimana peralatan-peralatan tersebut berlokasi.
17.0.
Setiap panel listrik harus dilengkapi dengan gambar diagram sehingga memudahkan pemeriksaan bila ada kerusakan.
18.0.
18.1
Pada tahun-tahun pertama pengadaan suku cadang cukup yang rutin saja (seperti filter, vee belt, fuse) karena mesin-mesin masih baru dan masih garansi.




Sesudah tahun pertama memasuki tahun kedua pengadaan suku cadang sudah mulai diperbanyak jenisnya, seperti:

a
Motor listrik untuk peralatan vital yang tidak mempunyai stand-by unit

b
Contractors

c
Cables for electrical, telephone, etc

d
Lightings

e
Bearing untuk elevator

f
Flexible coupling untuk pompa-pompa

g Flexible joints.

18.2 Jumlah dari tiap-tiap jenis disesuaikan dengan:
a Jumlah peralatan
b Frequency pemakaian atau penggantian
c Waktu yang diperlukan untuk memesan barang tersebut.

18.3 Gudang Material
a. Tempat penyimpanan suku cadang dan tools
b Semua suku cadang maupun material apa saja harus dimasukkan kedalam kartu stock (stock card)
c Setiap satu jenis barang memiliki satu kartu stock.

Cara Setting Timer Theben Pada Instalasi Listrik Di Rumah

 Pernahkah Anda melihat lampu jalan yang bisa menyala sendiri tanpa harus ada yang menyalakan? Biasanya lampu jalan akan menyala ketika malam datang ataupun hari mulai gelap, teknologi yang digunakan ini adalah teknologi sakelar otomatis atau theben. Cara setting Timer Theben bisa dilakukan sendiri di rumah untuk mengatur nyala lampu di rumah Anda. Tidak hanya lampu jalan saja yang bisa diatur kapan akan menyala dan kapan akan mati tapi lampu taman di rumah Anda atau lampu yang ada di dalam rumah Anda juga bisa diatur kapan mati dan kapan bisa menyala.

Ada dua jenis sakelar otomatis yaitu sakelar dengan timer atau pengatur waktu atau yang sering disebut dengan timer theben dan sakelar photocell. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk instalasi timer listrik di rumah sangat disarankan untuk menggunakan timer theben karena pengaturannya sangat mudah dibandingkan dengan sakelar yang menggunakan photocell. Hal ini dikarenakan sakelar dengan menggunakan photocell sangat bergantung pada cahaya yang ada di sekitarnya.
Untuk Anda yang berminat untuk memasang sakelar timer theben ada dua hal yang harus dilakukan yaitu persiapan dan pengaturan waktu. Agar lebih jelas simak saja penjelasan berikut ini:

1. Tahap persiapan

Dalam tahap persiapan ini adalah menyiapkan timer theben dan mengaturnya dalam keadaan default. Biasanya jika kita membeli sakelar timer, maka pengaturannya sudah secara otomatis Akan default sesuai dengan settingan dari pabriknya. Anda tidak perlu melakukan banyak perubahan pada pengatur dalam tahap persiapan ini.

2. Tahap pengaturan waktu

Setelah persiapannya selesai, langkah yang selanjutnya adalah mengatur jadwal waktu sesuai dengan keinginan kita. Cara settingnya sangat mudah, yakni sirip melingkar yang berwarna merah diatur dengan cara menekannya ke dalam, lalu atur sesuai dengan waktu yang Anda inginkan, durasi dalam timer ini adalah 24 jam. Misalnya saja Anda ingin menyalakan lampu jam 5 sore dan lampu akan mati ketika jam 6 pagi, maka pengaturannya yaitu sirip berwarna biru diatur dengan menyejajarkan tombol pada angka 17.00 dan akan berakhir pada angka 05.00. Yang lain biarkan saja biara terbuka. Setelah di setting kemudian dipasangkan pada sakelar lampu. Setelah itu baru sesuaikan dengan waktu yang sesungguhnya.

Mudah bukan untuk memasang timer theben ini pada sakelar rumah Anda? Jika Anda sering bepergian dan meninggalkan rumah dalam keadaan kosong memang sebaiknya menggunakan pengaturan timer theben ini sebagai keamanan. Anda tidak perlu meminta bantuan tetangga untuk menyalakan lampu rumah Anda karena semuanya sudah bisa diatur dengan detail. Selain itu, penggunaan sakelar timer theben ini juga sangat menguntungkan dan bisa menghemat penggunaan energi listrik karena sudah diatur waktu kapan menyala dan kapan lampu akan mati. Jangan lupa setelah mengikuti langkah cara setting timer theben Anda harus melakukan uji coba terlebih dahulu.

WIRING DIAGRAM OTOMATIS LAMPU MENGGUNAKAN TIMER

Contoh lain aplikasi timer yaitu digunakan untuk menghidupkan dan mematikan lampu secara otomatis. Seperti ini, lampu nyala jam 18.00 dan akan padam jam 05.00 esok hari, begitu seterusnya setiap hari. Hal ini berguna bila rumah atau pabrik, memiliki struktur bangunan bertingkat, dihadapkan dengan rempongnya saat akan menghidupkan dan mematikan lampu. Atau bisa juga berguna sebagai otomatis lampu jalan.
Berikut gambar skema rangkaian atau wiring diagram otomatis lampu menggunakan timer untuk contoh aplikasi kasus di atas
Click to enlarge
Alat yang diperlukan:
T1: Timer ON delay OMRON H3CR-A8 100 – 240 VAC, set 11 jamT2: Timer ON delay OMRON H3CR-A8 100 – 240 VAC, set 13 jamB1: MCB 1P 6A, di ON kan pada jam 18.00 sebagai awal kerja rangkaian#1: Magnetic relay OMRON MY3N 200 – 240 VACL1, L2: Lampu TL, pijar, hemat energi atau mercury 220 VAC. L1 dan L2 dipasang pararel, bisa juga menambahkan L3, L4, L5, dst, total max 5 A.
Cara kerja:
Rangkaian bekerja diawali dengan menekan MCB B1, yaitu pada jam 18.00Timer T1 teraliri arus listrik, namun kontak-kontaknya tidak akan berubah sampai waktu tunggu timer tercapaiRelay #1 teraliri arus listrik, seketika kontak NO (normally open) #1 akan berubah menjadi close, akibatnya lampu akan menyalaKetika waktu tunggu timer T1 tercapai (11 jam atau sekitar jam 05.00 esok hari), kontak NO T1 akan berubah menjadi close, mengalirkan arus listrik ke timer T2. Kontak NC (normally close) T1 akan berubah menjadi open, memutus arus listrik ke #1, akibatnya kontak #1 akan kembali NO dan lampu akan padamWaktu tunggu timer T2 tercapai (13 jam atau sekitar jam 18.00), kontak NC T2 akan berubah menjadi open, memutus arus listrik ke T1, akibatnya rangkaian seolah-olah direset atau kembali pada poin 2 di atas.
Aplikasi otomatis lampu ini berbeda dengan otomatis pompa air, walaupun sama-sama menggunakan timer. Perbedaanya terjadi jika ada gangguan pasokan listrik (mati-hidup) dari sumber (PLN) saat beban rangkaian hidup. Kalo ada mati lalu hidup lampu dari PLN, pada aplikasi otomatis pompa air, motor pompa tidak akan langsung hidup, sedangkan pada aplikasi otomatis lampu, lampu akan langsung menyala. Kenapa demikian? Yaaa masa kita akan terus gelap-gelapan, dan ingat!! inrush current atau lonjakan start awal arus listrik pada motor lebih besar daripada lampu.

CARA MERAKIT LAMPU TL

Instalasi Neon yang Sederhana namun Kuat.
Beberapa hari yang lalu, saya melihat neon yang terpasang di bangunan warung, depan Masjid Tangkuban Perahu, Guntur Jakarta selatan. Demikian sederhana, tapi cukup mantap untuk diaplikasikan. Dilihat dari ide pembuatannya, saya cukup salut, karena menggunakan terminal listrik sebagai penjepit kaki-kaki lampu neon.
Hanya memang cukup membahayakan melihat ujung kabel listrik yang terbuka.





1. Menggunakan Triplex dan terminal listrik


2. Penggunaan Terminal Listrik sebagai penjepit kaki neon


skema lampu TL




skema lampu TL yang ada di foto

Spesifikasi Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Hydrant Sistem

I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM
1.1. PERATURAN DAN STANDARD
Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia..
Selama pelaksanaan spesifikasi ini harus betul-betul ditaati, diikuti serta sesuai prosedure yang diberlakukan Pengawas.



Peraturan-peraturan berikut ini merupakan acuan dalam rangka perancangan maupun pelaksanaan Instalasi Fire Hydrant

PERATURAN-PERATURAN
a. Perda Pemda setempat
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE
a. National Fire Codes,
1. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
2. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
3. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
4. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
5. SNI 03-1735-2000
6. SNI 03-1745-2000
b. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
Mechanical & Electrical for Buildings

II. PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS
2.1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem fire fighting yang meliputi Electric Fire Pump, Diesel Fire Pump dan Jockey Pump lengkap dengan panel kontrol, Hydrant Box, Hydrant Pillar beserta pemipaannya.
b. Pengadaan dan pemasangan valve-valve dari sistem instalasi/pemipaan di setiap gedung sesuai pentahapan pembangunan gedung tersebut.
c. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem fire hydrant sehingga berfungsi dengan baik.
d. Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan bahwa Instalasi sistem fire Fighting dapat dinyatakan baik dan layak pakai oleh Dinas Pemadam Kebakaran .(TAHAP-2)
e. Pengadaan dan pemasangan system Instalasi listrik dari panel power ke unit panel control unit Fire fighting dank e setiap peralatan pompa.
f. Mengadakan Training Operasional kepada Team Engineering pemilik proyek dan untuk waktu serta kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama Pemilik proyek/Pengawas.
2.2. SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN UTAMA DAN INSTALASI
2.2.1. FIRE HYDRANT PUMPS.
Pompa fire Hydrant merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pompa pembantu jockey pump, pompa utama penggerak electric dan pompa utama penggerak engine.

a. Jockey Pump
Type pompa : Centrifugal multi stage pump
Kapasitas : 56 L/men.
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : 3.0 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Variable Speed Drived
J u m l a h : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan panel kontrol Jockey Pump

b. Electric Fire Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 l/men 
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : +75 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start
J u m l a h : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.

c. Diesel Fire Hydrant Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 L/men 
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Type Engine : Diesel
P u t a r a n : 2.900 rpm
Sistem Coupling : Direct Connected
D a y a : + 90 HP
J u m l a h : 1 (satu) unit
P o w e r : Accu 24 volt, 80 Amp, 2 buah type maintenance free
Lengkap dengan Panel Kontrol Engine Fire Pump.
Perlengkapan Engine :
- Flexible coupling
- Coupling guard
- Heat exchanger loop
- Batteries
- Battery rack
- Battery cable
- Silencer
- Flexible ex hose connector
- Cooling water heater + thermostat.

Perlengkapan pemipaan / pompa, antara lain :
- Coumpond suction gauge
- Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve
- Main relief valve
- Enclosed waste cone
- ± 165 gallon fuel tank
- Fuel system accessories
- Fitting package
- Setiap pompa dan sambungan pipa harus digrounding dan untuk pompa harus dilengkapi variable speed drived.
- dan lain-lain.

2.2.2. FIRE PUMP CONTROLLER 
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit tiap-tiap fire Fighting pump yang dapat mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa utama penggerak electric maupun pompa penggerak engine masing-masingn mempunyai Fire Pump Controller tersendiri.
Khusus pompa penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya listrik terputus pada saat terjadi kebakaran.
Fire Pump Controller harus standard NFPA-20.

2.2.3. FIGHTING FIXTURES
a. Hydrant Pillar
- Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya.
- Hydrant Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints atau cat ICI, (jenis exterior coating)
b. Fire Hydrant Box
- Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm. 
- Dimensi box : lihat gambar perencana.

- Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi tulisan Hydrant dengan warna merah.
- Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M' mudah digulung, tahan terhadap tekanan dan penyambungan dengan sistem quick coupling.
- Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam keadaan baru dan fabricated.
- Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard BS 6391.

c. Seamese Connection
- Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari baja tuang. 
- Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan pondasi penguat sebagai dudukan.
- Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan jalan laluan mobil agar mudah untuk dipakai bila diperlukan (lihat gambar perencanaan).
- Seamese Connection harus sesuai standard DPK, untuk penggunaan sistem coupling.

2.2.4. PIPA DAN VALVE 
a. Pemipaan
· Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Sch. 40, atau ASTM A 53 dan harus diusahakan semuanya berasal dari satu merk.
· Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Pipe class 15 K, Weld Type.

b. Valve - valve
Working Pressure : 300 psi (15 bar)

Gate Valve :
· Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm atau bisa digunakan tipe Butterfly untuk diameter 15 mm sampai dengan diameter 25 mm.
· Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated with position indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan body material cast iron untuk tekanan 150 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
Check Valve :
· Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm.
· Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk tekanan 300 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
· Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type check valve.
c. Tekanan Kerja Valve : 
· Untuk keperluan fire fighting digunakan valve - valve dengan tekanan kerja minimum 300psi (15 bar).
2.3. SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
2.3.1. PEMASANGAN UNIT POMPA
a. Seluruh unit pompa harus dipasang dan didudukkan diatas fondasi dengan kuat dan kokoh.
b. Metoda dan persyaratan instalasi pompa, pemipaan serta peralatan pemipaannya harus mengikuti dan mengacu kepada Standard NFPA-20.
2.3.2. INSTALASI PEMIPAAN
a. Sistem Penyambungan Pipa
- Menggunakan sambungan ulir/screwed atau las untuk pipa berdiameter 75 mm ke bawah dan menggunakan sambungan flanged untuk diameter pipa 100 mm ke atas dengan maximum dua batang pipa serta pada belokan minimal 5 kali diameter pipa dari bahan yang sesuai dengan jenis bahan pipanya (long elbow).
- Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada setiap dua batang pipa pada pipa lurus.
- Untuk mencegah terhadap kebocoran, penyambungan pipa dengan ulir harus terlebih dulu diberi lapisan red lead cement atau pintalan khusus dari asbes.
Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara homogen.

b. Penumpu Pipa
- Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan dan angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan gerakan.
- Pipa horizontal harus ditumpu dengan penyangga dengan jarak antara tidak lebih dari 2,5 m.
c. Pemasangan Fixtures dan Fitting
- Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan harus terpasang dengan kokoh (Rigit) ditempatnya lengkap tumpuan yang mantap.
- Semua fixtures, fitting, pipa-pipa hidrant dilaksanakan harus rapi.
- Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi (pipa induk), dipasang balok-balok dari beton dengan campuran yang kuat (K.225) dan dipasang setiap ada sambungan pipa (tee, elbow, valve ) dan sebagainya.
- Tinggi pemasangan dari lantai + 20 cm (muka tanah jadi).
Perletakan engsel disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah untuk dibuka/tutup.

2.4. SYARAT-SYARAT PENERIMAAN
2.4.1. M A T E R I A L
a. Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru (New Product), bebas dari defective material, improver material dan menjamin terhadap kualitas atau mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
b. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan yang sesuai dan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda tangani berita acara penerimaan barang.
c. Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi tanggungan/beban Kontraktor.
2.4.2. CONTOH BARANG
a. Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kepada Pengawas atau Brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu persetujuan dari pemilik proyek/Pengawas/Perencana sebelum alat-alat tersebut dipasang.
b. Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diturunkannya SPK untuk diperiksa Pemilik/Perencana dan Pengawas.
c. Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana harus disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan di lapangan. Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh Pengawas/ Perencana, maka Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site).
2.4.3. PENGUJIAN INSTALASI PEMIPAAN
a. Sebelum dipasang fixtures-fixtures dari seluruh sistem distribusi, installasi pemipaan air harus diuji dengan tekanan 20 kg/cm2, tanpa mengalami kebocoran dalam waktu minimum 24 jam tekanan tersebut tidak turun/berubah. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa maximum 150 meter. 
b. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi tanggung jawab Pemborong/ Kontraktor. Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh Pengawas dan wakil dari pemilik proyek/Perencana, selanjutnya apabila telah diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan Berita Acaranya.
c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan "trial run" sistem instalasi ini haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Perencana/Pengawas dan Ahli serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula sertifikat pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
2.4.4. PEMBERSIHAN LAPANGAN
a. Lapangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai bekerja dibersihkan oleh Pemborong.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua sisa bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama pemeliharaan.
2.4.5. P E N G E C A T A N
a. Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung goni dan dilapisi dengan Tar (Tar coated) untuk penahan Korosi atau dengan bahan anti karat sintesis yang dispesifikasi untuk keperluan pemipaan bawah tanah. Sedangkan untuk pipa-pipa yang terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
b. Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna/cat pada setiap jarak + 4 m dengan arah aliran pada pipa-pipa induk, begitu pula pipa-pipa pada shaft dimana terletak pintu pemeriksaan.
c. Sebagai patokan dipakai warna cat sebagai berikut :
Untuk jaringan pipa hydrant dipakai warna merah
d. Khususnya untuk identifikasi dan penentuan warna cat dari masing - masing instalasi Plumbing dan Hydrant akan ditentukan kemudian bersama Pemilik / Pengawas.
2.4.6. SURAT KETERANGAN
Pemborong harus memberikan Surat Keterangan/Sertifikat dari Dinas Pemadam Kebakaran Daerah yang menunjukkan bahwa Sistem tersebut dapat dipergunakan dan berfungsi dengan baik.
Surat Keterangan keagenan yang berada di Indonesia untuk material - material import.

2.4.7. DATA SUKU CADANG
Pemborong harus menjamin dan melengkapi dengan Surat Jaminan adanya suku cadang yang mudah diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan mengalami gangguan atau kerusakan dalam waktu tertentu, baik untuk peralatan utama maupun peralatan penunjang.
2.5. SYARAT-SYARAT OPERASIONAL
a. Pelayanan hydrant diluar/di dalam bangunan dan sprinkler menggunakan satu set pompa yang terdiri dari jockey pump, electric hydrant pump dan diesel hydrant pump.
b. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure switch pump Control, control valve serta panel-panel pengoperasian.
Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya harus mengikuti NFPA 20 standard.

2.6. SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN
2.6.1. SYARAT UMUM
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik proyek/Pengawas sebanyak 4 (empat) set dan kepada Perencana 1 (satu) set.
b. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual, Installation Manual, Maintenance Manual, Operating Instruction, Trouble Shooting Instruction.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan kepada Pemilik, sebuah dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik proyek/Pengawas.
d. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatannya kepada petugas-petugas teknis (Team Engineering) yang ditunjuk oleh pemilik proyek secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
e. Pemborong harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan utama kepada Pemberi Tugas.
2.6.2. MATERI PEMELIHARAAN
Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib melakukan pemeliharaan secara berkala terhadap seluruh Instalasi Sistem, baik peralatan utama maupun instalasi pemipaannya.
Pelaksanaan pemeliharaan menyangkut item-item dan tidak terbatas pada berikut ini :
a. Pemeriksaan terhadap :
- Fungsi dan mekanisme kerja kontrol
- Mekanisme kerja panel-panel kontrol
b. Pemeriksaan terhadap: Battery Charger, penggerak engine, minyak pelumas sistem pompa dan sistem engine
c. Testing terhadap bekerjanya unit-unit sistem, yaitu pompa penggerak elektrik dan diesel
d. Bersihkan seluruh peralatan dari kotoran
e. Pembersihan tangki bahan bakar
f. Penggantian minyak pelumas.
2.6.3. PETUNJUK PEMELIHARAAN
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (pompa, motor, diesel, panel listrik, panel kontrol, dll.) dan Instalasi serta daftar material/ komponen yang memerlukan penggantian secara berkala.
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih dan bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari pemeliharaan berkala yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang berlaku secara umum.

b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas dan ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (empat) set, masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Pengawas/MK dan 1 set untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

BOILER

Bagian ini menjelaskan secara singkat tentang Boiler dan berbagai alat pembantunya dalam Ruang Boiler. Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke airsampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses.         Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali,menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harusdikelola dan dijaga dengan sangat baik.Sistem boiler terdiri dari: sistemair umpan, sistem steam dan sistembahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boilersecara otomatis sesuai dengankebutuhan steam. Berbagai krandi sediakan untuk keperluanperawatan dan perbaikan. Sistemsteam mengumpulkan danmengontrol produksi steam dalamboiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steamdiatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yangdigunakan untuk menyediakan bahanbakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakaryang digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untukdirubah menjadi steam disebut airumpan. Dua sumber air umpanadalah: (1) Kondensat atau steamyang mengembun yang kembali dariproses dan (2) Air makeup (air bakuyang sudah diolah) yang harusdiumpankan dari luar ruang boilerdan plant proses. Untuk mendapatkanefisiensi boiler yang lebih tinggi,digunakan economizer untukmemanaskan awal air umpanmenggunakan limbah panas pada gasbuang.
JENIS BOILERBagian inimenerangkan tentang berbagi jenisboiler: Fire tube boiler, Water tubeboiler, Paket boiler, Fluidized bedcombustion boiler, Atmosphericfluidized bed combustion boiler,Pressurized fluidized bed combustionboiler, Circulating fluidized bedcombustion boiler, Stoker fired boiler,Pulverized fuel boiler, Boiler pemanaslimbah (Waste heat boiler) dan andPemanas fluida termis.
 1 Fire TubeBoiler
Pada fire tube boiler,
gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada didalamshell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya
digunakan untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm . Fire tube boilers dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boilers dikonstruksi sebagai “paket”boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.


2 Water Tube Boiler          
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara 4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
Karakteristik water tube boilers sebagai berikut:
§ Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran
§ Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air. § Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi

3 Paket Boiler
Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe shell Oil and tube dengan Burner rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi
Ciri-ciri dari packaged boilers adalah:
§ Kecilnya ruang pembakaran dan tingginya panas yang dilepas menghasilkan penguapan yang lebih cepat.
§ Banyaknya jumlah pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konvektif yang baik.
§ Sistim forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran yang baik.
§ Sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan yang lebih baik. § Tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan boiler lainnya.
5 Atmospheric Fluidized BedCombustion (AFBC)BoilerKebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistim seperti telah dipasang digabungkan dengan water tube boiler/ boiler pipa air konvensional.
Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada tingkatan batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan, setelah diberi pemanasan awal oleh gas buang bahan bakar. Pipa dalam bed yang membawa air pada umumnya bertindak sebagai evaporator. Produk gas hasil pembakaran melewati bagian super heater dari boiler lalu mengalir ke economizer, ke pengumpul debu dan pemanas awal udara sebelum dibuang ke atmosfir.

6 Pressurized Fluidized BedCombustion (PFBC) BoilerPada tipe Pressurized Fluidized bed Combustion (PFBC), sebuah kompresor memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakarnya merupakan tangki bertekanan. Laju panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan bed sehingga bed yang dalam digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar panas. Hal ini akan meningkatkan efisiensi pembakaran dan peyerapan sulfur dioksida dalam bed. Steam dihasilkan didalam dua ikatan pipa, satu di bed dan satunya lagi berada diatasnya. Gas panas dari cerobong menggerakan turbin gas pembangkit tenaga. Sistim PFBC dapat digunakan untuk pembangkitan kogenerasi (steam dan listrik) atau pembangkit tenaga dengan siklus gabungan/ combined cycle. Operasi combined cycle (turbin gas & turbin uap) meningkatkan efisiensi konversi keseluruhan sebesar 5 hingga 8 persen.
7 Atmospheric CirculatingFluidized Bed Combustion Boilers(CFBC)Dalam sistim sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed. Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi, dinding air, pada keluaranpengangkat/ riser.
Boiler CFBC pada umumnya lebih ekonomis daripada boiler AFBC, untuk penerapannya di industri memerlukan lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang besar, semakin tinggi karakteristik tungku boiler CFBC akan memberikan penggunaan ruang yang semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula, dan semakin mudah pengendalian NOnidaripada pembangkit steam

BERSAMBUNG ................